Selasa, 29 Mei 2012
Geologi Pulau Bangka
Geologi Pulau Bangka
1. Geologi Regional
Secara fisiografi, Pulau Bangka termasuk ke dalam Sunda Land dan merupakan bagian terangkat dari peneplain Sunda. Bila ditinjau dari sudut geologi, penyebaran bijih timah di Indonesia masih merupakan kelanjutan dari ”Granite Belt” yang berumur Yura – Kapur yang membentang mulai dari Birma, Muangthai, Malasyia, Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), pulau Bangka dan Pulau Belitung hingga Pulau Karimata. ”Granite Belt” sendiri merupakan deretan formasi batuan granite kaya akan mineral cassiterite yang kemudian dikenal dengan sebutan ”The Tin Belt”.
Pulau-pulau dari ”The Tin Belt” diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari gunung yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Pupili (1973) menyatakan bahwa Malaysia, Kepulauan Riau dan Bangka berada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum Bawah dimana berdasarakan Teori Tektonik Lempeng bahwa daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malysia dan pada Mesozoikum Bawah – tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic arc) dalam bentuk deretan Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan sebagian dari Kalimantan Barat.
2. Beberapa Aspek Geologi
Pulau Bangka merupakan daerah dengan stadia erosi tingkat lanjut, hal ini dicirikan dengan keadaan yang umumnya relative datar dan adanya bukit-bukit sisa erosi(“monadrock”). Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang umumnya menempati bagian tepi P.Bangka.
1. Di bagian utara : Granit Klabat, yang berrrientasi barat-timur melewati teluk Klabat,granit yang ada disekitarnya terdiri atas granit Pelangas, granit Menumbing, granit Mangkol.
2. Di bagian selatan : Tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu,Pluton Koba, Pluton Bebuluh, Pluton Permis, dan granit Toboali, serta pluton yang lain yang terletak diantaranya.
3. Daerah pedataran menempati ± 80 % luas seluruh daerah. Daerah inilah merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih Timah. Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan muda (Plistosen/Pliosen), kecuali pada hulu-hulu sungai /dekat pada daerah perbukitan.
A. Sejarah Geologi
Pada zaman Paleozoikum P. Bangka dan laut di sekitarnya merupakan daratan. Selanjutnya pada zaman Karbon-Trias berubah menjadi laut dangkal. Orogenesa kedua terjadi pada masa mesozoikum, P. Bangka dan Riau muncul ke permukaan. Intrusi granit menerobos batuan sedimen seperti batupasir, batulempung, dlll pada Trias-Yura atas. Pada batas antara sedimen dan granit terjadi metamorfosa sentuh. Bersamaan intrusi granit ini terjadi proses pneumotolitik yang menghasilkan kasiterit. Proses ini dengan proses hydrotermal yang menghasilkan kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan pada granit. Erosi intensif terjadi pada kenozoikum dimana lapisan yang menutupi granit terkikis habis sehingga batuan granit tersingkap.
Selanjutnya diikuti oleh proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan di lembah-lembah. Suasana daratan bangka berlanjut sampai Tersier. Pencairan es pada kala Pliostosen mengakibatkan beberapa daerah di Bangka menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk P. Bangka menjadi daratan hampir rata seperti sekarang ini
B. Stratigrafi
Batuan-batuan yang dijumpai terdiri atas batuan Pra-Tersier diantaranya, batu pasir, batulempung,lapisan-lapisan pasir, lempung mengandung sisa tanaan, campuran antara lempung-pasir-lanau,dan sebagainya.
Pluton Granit di Pulau Bangka
Menurut Katili (1967) di P. Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit yang tua tidak mengandung kasiterit dan umunya terdapat di daerah rendah, yakni granit Klabat & A. Kapo. Granit generasi muda sebagai pembawa Timah umumnya telah tererosi lanjut (“monadnock”).Menurut Suyitno, S (1981), generasi granit tersebut adalah :
1. Granit Klabat-Jebus, terletak di utara.
2. Granit Belinyu-Sungailiat, menybar di bagian timur granit Jebus.
3. Granit Menumbing
4. Granit Tempilang
5. Granit Mangkol
6. Granit Pading-Koba
7. Granit Toboali
Granit yang terpenting adalah granit Klabat, Menumbing, Plangas, Tempilang, Mangkol, dan Pading. Umumnya tubuh granit tersebut tersusun atas granit biotit, granit hornblende, granit muskovit; mineral yang umum terdiri atas kwarsa, ortoklas, oligoklas, biotit, serta sebagai asesori zircon,apatit, dan ortit.
Ada empat kelompok endapan yang dianggap mewakili sedimentasi Quarter di Pulau Bangka, antara lain :
- Lapisan Alluvium Muda, umumnya mengandung bijih timah, terdapat di lembah, di atas batuan Pra Tersier dan dialasi lapisan lempung liat.
- Lapisan Marine Muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga lempung.
- Lapisan Alluvium Tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat regeresi muka ait laut karena glacial.
- Lapisan Marine Tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan lapisan lempung liat
.
Jenis cebakan bijih timah sekunder di Pulau Bangka, yakni :
1. Endapan kulit
- Elluvium, terjadi akibat pelapukan pada batuan sumber diikuti pemindahan mineral cassiterite secara vertical sehingga mengalami konsentrasi kemudian tertransport pada lereng yang relative landai.
- Colluvium, terjadi sama dengan elluvium, namun sepanjang tertransport lebih jauh lereng menuju lembah.
2. Endapan Kaksa, terjadi karena proses erosi selektif terhadap elluvium dan colluvium, dimana mineral berat diendapkan dekat sumber dan mineral ringan diendapkan jauh dengan sumber. Endapan ini terletak di atas Batuan Pra-tersier dengan keterdapatan dominant pada lembah.
3. Endapan Meican, terjadi akibat proses transportasi endapan sediment sebelumnya, berupa endapan lebih tipis dan tidak terdapat di atas batuan Pra Tersier.
Diantara endapan-endapan tersebut di atas yang terpenting adalah endapan kaksa yang ditemukan di atas batuan dasar. Sedangkan jenis-jenis batuan dasar yang sering dijumpai antara lain :
a. Batuan Dasar Granit lapuk
b. Batuan ini berwarna putih kekuningan dengan butir-butir mineral kuarsa berwarna putih susu atau berwarna coklat terang, mineral biotit berwarana hitam gelap.
c. Batuan Dasar Batulempung
d. Batuan ini berwarna coklat kemerahan bergaris urat-urat mineral feldspar dan kuarsa.
e. Batuan Dasar Batu pasir
f. Batuan ini berwarna abu-abu gelap kompak, butiran kuarsa bertebaran dengan diselingi urat-urat felsdpar.
g. d. Batu Dasar Malihan (Metamorf)
h. Biasanya berwaran abu-abu muda sampai abu-abu gelap. Sering terlihat lembaran-lembaran mika yang halus dan berwarna putih mengkilat.
C. Struktur Geologi
Katili (1968), mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara terdapat adanya perlipatan silang akibat dua deformasi perbadaan. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah barat laut-tenggara, umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur lipatan berarah timur laut-barat daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas. Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.
Sukendar Asikin dan Rubini Surya Atmaja (1972), berdasarkan penelitian dan analisa keduduka rekahan-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah sambung giri dan pemali menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura atas mengakibatkan terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada batuan sedimen yang berumur karbon-trias. Deformasi ini selain membentuk lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan (“Shear dan Tension fracture”).
Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983), mengatakan di P.Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnnya berarah timur laut-barat daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30° E memotong granit klabat ke selatan sepanjang 3 km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50 km.
Langganan:
Postingan (Atom)